Senin, 10 Juni 2013

Defisiensi Thiamin adalah Hal yang Lazim pada Lansia di Perkotaan Indonesia

Thiamine Deficiency is Prevalent in a Selected Group of Urban Indonesian
Elderly People
 
Jocelyn Andrade Juguan,* Widjaja Lukito* and Werner Schultink
 
 ABSTRAK Penelitian cross-sectional melibatkan 204 lansia (93 laki-laki dan 111 perempuan). Subjek direkrut secara acak menggunakan daftar di mana semua 60 -75 y-old-orang yang tinggal di tujuh dusun di Jakarta dimasukkan. Asupan makanan yang biasa diperkirakan menggunakan semiquantitative kuesioner frekuensi makanan. Hemoglobin, plasma retinol, vitamin B-12, folat sel darah merah dan stimulasi persentase transketolase eritrosit (ETK), sebagai indikator status tiamin, dianalisis. Asupan energi rata-rata adalah di bawah dinilai memerlukan-ment. Lebih dari 75% dari subyek memiliki asupan besi dan tiamin dari 2/3 dari asupan harian yang direkomendasikan, dan 20,2% dari populasi penelitian memiliki asupan folat dari;  2/3 dari asupan harian yang direkomendasikan. Asupan vitamin A dan B-12 yang memadai. Penilaian biokimia menunjukkan bahwa 36,6% dari subyek memiliki tingkat rendah tiamin (ETK stimulasi 25%). Orang-orang tua cenderung memiliki kadar tiamin lebih rendah dari wanita tua. Prevalensi keseluruhan anemia adalah 28,9%, dan wanita tua yang mempengaruhi lebih dari orang-orang tua.
Status biokimia vitamin A, B-12 dan folat RBC
Rendah  ditemukan pada 5,4%, 8,8% dan 2,9% dari subyek, masing-masing. Asupan makanan tiamin dan folat dikaitkan dengan ETK stimulasi dan plasma vitamin B-12 konsentrasi (r50.176, P5 0.012 dan r50.77, P50.001), masing-masing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anemia, tiamin dan mungkin B-12 kekurangan vitamin yang lazim dalam hidup lansia di Indonesia. Jelas, suplemen mikronutrien mungkin bermanfaat bagi penduduk lansia Indonesia yang tinggal di kurang mampu daerah. J. Nutr. 129: 366 -371, 1999 (Rima  Trisnawati / IIC)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar